A NEW DAY HAS COME 9

Ringkasan cerita sebelumnya:
Tak tahan lagi dengan sikap Mamanya yang selalu mengaturnya, Risma mulai melawan. Pertengkaran pun tak terelakan lagi.

Selengkapnya di:
☆ A New Day Has Come
☆ A New Day Has Come 2
☆ A New Day Has Come 3
☆ A New Day Has Come 4
☆ A New Day Has Come 5
☆ A New Day Has Come 6
☆ A New Day Has Come 7
☆ A New Day Has Come 8

♡♡♡♡♡

Menjelang senja prosesi pemakaman selesai.

Risma menatap lekat gundukan tanah yang masih basah. Meski belum lama mengenalnya, sosok ibu Amin sudah membuat Risma benar-benar merasakan kasih sayang dan kehangatan seorang ibu yang tak pernah di dapatkannya dari mama. Apalagi setelah ia tahu kalau wanita paruh baya itu adalah istri dari papanya juga telah memberikan adik untuknya, hubungan mereka jadi sangat akrab seperti ibu dan anak. Risma benar-benar merasa kehilangan.

Sementara Amin masih terpekur di depan pusara ibunya, sesekali menyeka air matanya, meski berusaha tegar namun ia tak bisa menahan air matanya. Bukan hal mudah baginya menerima kalau ia telah menjadi yatim piatu di usia yang masih sangat belia.

"Ayo, kita pulang! Kita harus segera mempersiapkan segala sesuatu untuk tahlilan nanti malam!" Zaky memegangi pundak Amin.

Amin menatap Kak Zaky kemudian berdiri. Disekanya lagi air matanya yang kembali mengalir.
"Selamat jalan, Bu! Semoga ALLAH menempatkan Ibu di tempat terbaik dan menyatukan kembali dengan Bapak. Amin janji akan menjadi anak yang sholeh."

Risma terenyuh, ia merasakan kesedihan yang sama seperti Amin, meski wanita yang menjadi korban tabrak lari saat menjajakan kue itu bukanlah ibu kandungnya. Risma merangkul pundak Amin dan mereka pun beranjak meninggalkan pemakaman.

♡♡♡♡♡

Di rumah Amin banyak tetangga yang membantu persiapan tahlilan. Selain karena alm. Ibu Amin yang memang terkenal baik di lingkungan itu, kehadiran Risma juga membuat mereka antusias membantu. Mereka tidak menyangka bahwa yang selama ini mengajarkan anak-anak mereka adalah seorang artis terkenal. Seandainya tak ada berita tentang Risma dan Zaky, mereka mungkin tak akan pernah menyadarinya.

Di tengah kesibukan tiba-tiba datang sebuah mobil box dari sebuah rumah makan yang mengantarkan makanan yang sudah di kemas dalam kotak-kotak berukuran sedang.

Zaky memandang Risma. Risma mengangkat bahu, karena ia tak merasa memesan makanan itu.

"Tolong ditanda tangani surat tanda terimanya, Mas!" pinta supir mobil box setelah selesai menurunkan semua pesanan.

"Maaf, Mas! Kami merasa tidak memesan makanan ini. Apa Anda tak salah alamat?" tanya Zaky.

"Tidak, Mas! Alamatnya benar!"

"Kalau boleh tahu, Siapa yang memesan semua ini?" Risma ikut bertanya.

Supir itu melihat catatannya, "Di pesan atas nama Bu Retno, Mbak!"

"Mama!" Risma kaget karena tak menyangka mama yang melakukannya.

"Terima kasih, Mas! Apa boleh saya sekalian minta tanda tangannya Mbak Citra Kharisma?" kata supir itu setelah Zaky menanda tangani surat tanda terima.

Risma mengangguk, sementara benaknya masih di penuhi pertanyaan akan sikap mamanya.

"Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Zaky yang melihat Risma jadi terdiam setelah mobil box itu pergi.

Risma menggeleng, "Aku menemani Amin dulu!"

"Kenapa Mama melakukan ini? Bukankah Mama benci kalau aku di sini? Apakah Mama telah berubah? Atau Mama melakukan ini karena takut dengan ancamanku berhenti jadi artis? Atau …?" Banyak tanya berkecamuk dalam benak Risma. Ada perasaan yang aneh muncul di hatinya atas sikap mama yang tak pernah di sangkanya.

"Kenapa aku tak bisa percaya Mama bisa berubah secepat ini!" gumam Risma bimbang. Dia benar-benar bingung.

Acara tahlilan berjalan lancar meski tamu yang datang ternyata membludak, termasuk para wartawan. Risma benar-benar bagai magnet yang mampu menarik massa.

Akhirnya acara selesai dan tamu-tamu pun sudah pulang.

"Pasti Mama yang memberitahu para wartawan!" keluh Risma.

"Biarlah, selama mereka tak mengganggu jalannya acara!" Zaky menimpali.

"Kamu ikut dengan Kakak ya, Min!" Risma membelai kepala Amin yang duduk di sisinya.

"Amin masih ingin di sini dulu, Kak!" jawab Amin sendu.

"Kamu nggak perlu kuatir, Ris! Untuk sementara aku akan tinggal di sini menemani Amin!" kata Zaky sambil membereskan sisa-sisa kotak makanan di bantu oleh Pak Ali.

"Baiklah! Tapi aku ingin sekali Amin tinggal bersamaku!"

"Sabarlah! Lagi pula kamu harus menjelaskan dulu siapa Amin sebenarnya pada Mamamu. Jangan sampai hal ini membuat masalah baru lagi dan hubunganmu semakin jauh dengan Mama!" Saran Zaky.

Risma mengangguk, "Ngomong-ngomong soal Mama, jujur sampai saat ini aku masih tak percaya Mama mau menyediakan konsumsi untuk acara tahlilan! Mengingat bagaimana bencinya Mama dengan kalian. Aku takut Mama punya maksud lain?"

"Jangan berprasangka buruk! Siapa tahu Mamamu benar-benar sadar dan mau memperbaiki kesalahan juga hubungannya denganmu! Hari sudah larut, pulanglah!"

"Entahlah, Kak?! Yang pasti sangat sulit untuk percaya! Baiklah, Kakak pulang dulu ya , Min! Jangan takut, kamu tak sendirian! Masih ada Kakak dan Kak Zaky juga teman-teman yang akan menyayangimu. Besok Kakak akan langsung kesini setelah pekerjaan Kakak selesai!" Risma memeluk Amin erat sebelum pulang.

Amin menangis dalam pelukan Risma, lirih bibirnya mengucap syukur bahwa ia masih punya saudara yang sangat menyayanginya.

♡♡♡♡♡

Pagi hari …

Risma sedang menikmati sarapannya ketika mama masuk ke ruang makan dengan tumpukan koran dan majalah di tangannya sambil tersenyum senang.

"Ada berita apa sih, Ma? Sampai bisa bikin Mama tersenyum!" tanya Risma penasaran dengan tingkah mamanya.

"Hari ini hampir semua koran dan tabloid memuat berita tentang dirimu, begitu juga acara-acara gosip di TV! Mereka semua memuji dirimu sebagai artis yang punya jiwa sosial yang sangat tinggi!"

"Maksudnya?" Risma masih belum mengerti arah pembicaraan mamanya. Risma lalu mengambil salah satu tabloid yang memuat berita dirinya.

"Tak sia-sia Mama memesan makanan buat acara tahlilan 'tuk bocah yatim piatu di perkampungan kumuh itu! Orang-orang akan semakin mengagumimu!"

Risma tertegun mendengar perkataan mamanya. kekuatirannya terbukti, mama tak pernah tulus dalam membantu orang. Mama membantu Amin hanya untuk membuat imejnya terlihat semakin baik di mata masyarakat.

"Aku benar! Mama tak mungkin bisa berubah. Mama …," Risma tak mampu melanjutkan kata-katanya , ada kecewa membuncah di dadanya.

"Kenapa? Tidak ada salahnya kalau kita memanfaatkan keadaan! Lagi pula tak hanya kamu tapi Mama juga akan semakin diakui sebagai psikolog yang handal dalam mendidik anak!"

"Tapi niat Mama salah! Kalau Mama ingin menolong orang, maka lakukan dengan tulus! Lagi pula Mama tak tahu apa-apa tentang Amin dan kenapa aku begitu peduli padanya!" Risma mencoba menyadarkan mamanya.

"Mama tak perlu tahu apapun tentang bocah kampungan itu! Apa untungnya Mama mengenal mereka!"

"Mama tak boleh begitu! Amin adalah …!"

"Sudahlah! Mama tak mau mendengar apa-apa lagi tentang mereka!" Mama memotong perkataan Risma.

"Tidak! Mama harus mendengarkan aku!" Risma ingin sekali memberitahu mamanya siapa sebenarnya Amin, tapi mama tak menghiraukan Risma dan pergi meninggalkan ruang makan. Risma hanya bisa menghela nafas atas sikap mamanya.

♡♡♡♡♡

Acara tahlilan 7 hari meninggalnya ibu Amin baru saja selesai. Hampir semua yang datang ke acara itu sudah pulang, kecuali para wartawan yang masih bertahan karena Risma akan mengadakan konferensi pers.

Para wartawan menunggu Risma dengan sabar, karena Risma masih menunggu kedatangan mamanya. Risma sangat berharap mama mau di ajak Pak Ali ke rumah Amin.

Setelah menunggu lama dan tak ada tanda-tanda mamanya akan datang, akhirnya Risma membuka konferensi pers tanpa kehadiran mama yang sangat diharapkannya.

"Assalamualaikum …! Sebelumnya saya minta maaf karena teman-teman pers menunggu lama dan terima kasih telah memenuhi undangan saya juga telah berpartisipasi dalam acara tahlilan selama 7 hari ini!" Risma membuka acara konferensi sederhana yang di adakan di depan rumah Amin.

Sementara tak jauh dari situ sepasang mata memperhatikan Risma …

BERSAMBUNG

16 respons untuk ‘A NEW DAY HAS COME 9

  1. Maaf, ijin baca part sblmnya dlu 😀 klwt bagian 8nya..

    Sblm itu, blh korek2 tulisannya? Haha ….
    Crtanya menarik 😉 dialog tagnya aj yg kurang hidup …

    Suka

  2. a new day has come. klo ga salah artinya sebuah hari baru segera datang.. bener gak tuh sob… hehe. bilang aja males bacanya hehe :mrgreen:

    Suka

  3. wah makin asyik aja nih, tapi turut berdka cita atas meninggalnya ibu amin. tapi benertuh kita harus mampu memanfaatkan keadaan.

    Suka

  4. @XXNiSAXF,
    Salah donk tebakanmu!

    @Ktnozi SempRoeL,
    Iya, Kang!

    @AESEN,
    Perkiraannya salah jg ya!
    Emang ada yg mo jadiin ftv?

    @CHeirO,
    Makasih dah mo baca!
    Diharap maklum kl masih banyak terdpt kekurangan, namanya jg belajar

    @BLITZER,
    Mls jg ah jawabnya!

    @4mrana,
    Iya, Kang! Tunggu sj kelanjutannya!

    @Kenangan Mengusik Jiwa,
    Pasti ga baca ceritanya! mknya g ngerti knp Risma sampai melawan mamanya!

    @Atep Setiawan,
    Emang punya maksud! Kan ada dlm cerita di atas!

    @Mr Abstemious,
    Bener kl kita harus bisa memanfaatkan keadaan, tapi harus liat sikon jg! Pantas atau tidaknya kita memanfaatkan kesempatan tsb!

    @Joker Kids ,
    Ya susah karena pasti tdk tau jln ceritanya!

    Suka

  5. Angker banget ibunya Risma ini. Psikolog tapi jiwanya sakit, maniak banget ama penilaian orang. Gak capek apa hidup seperti itu?

    Suka

Tinggalkan komentar